Page 5 - WAB_056
P. 5

WARTA UTAMA
 sekelompok masyarakat yang benar-benar   Lebih jauh lagi, langkah konkret yang dapat
 membutuhkan bantuan dan pelayanan.  ditempuh dalam melayani sesama adalah
 melalui kepemimpinan yang berkerendahan
 Dengan demikian, perenungan ini lebih akan   hati. Ada banyak ciri-ciri kepemimpinan yang   PELAYANAN
 berfokus pada kerendahan hati dalam bersaksi   melayani, namun mari kita lihat dua yang
 dan melayani sebagai dasar spiritualitas   terutama: Open-mindedness dan Collaborative
 kristiani dalam pelayanan kepada sesama,   leadership. Open-mindedness adalah sikap   YANG INKLUSIF
 kepada siapapun dan di manapun dalam   mental tidak merasa diri paling benar yang
 konteks apapun. Kerendahan hati adalah   membuka peluang adanya pengakuan
 kualitas universal. Tuhan Yesus sendiri   kemungkinan salah di diri kita yang dapat   Oleh: Ch. Enung Martina
 yang mengajarkan agar kita penuh dengan   meningkatkan absorptive capacity pada diri kita
 kelemahlembutan dan kerendahan hati bahkan   masing-masing. Kerendahan hati terjelma
 jika harus memikul kuk (Mat. 11:29).  dalam sikap ketersediaan diri untuk teachable
 Mari kita mulai dengan menyadari sepenuhnya   karena ada hal-hal di luar sana yang kita tidak   ereja merupakan kumpulan seluruh umat   dari besarnya keberpihakan Gereja kepada
 bahwa kerendahan hati dimulai dengan   tahu. Sederhananya, open-mindedness tercipta   beriman, maka pada dasarnya bersifat   mereka yang lemah, terbelakang, dan tersingkir.
 menyadari bahwa segala pujian adalah milik   jika seorang Bapak yang terbuka atas masukan   G universal, mencakup keseluruhan.   Seruan ini mendorong Gereja untuk melayani ke
 Sang Pengajar, Allah semata. Kita tentu   Isteri dan anak-anaknya, seorang direktur yang   Dalam Gereja Katolik pengertian Gereja meliputi   luar dan melayani tanpa pandang bulu.
 sering mengikuti perayaan Minggu Palma dan   terbuka atas inovasi dan usulan baru karyawan-  kumpulan umat beriman, baik yang kini berada
 memvisualisasikan bagaimana Yesus dielu-  karyawannya, seorang pimpinan organisasi yang   di dunia ini (Gereja yang sedang berziarah),   Saat kita renungkan kembali kisah pelayanan
 elukan ketika memasuki kota Yerusalem,   menerima kritik dengan suka cita. Collaborative   maupun yang berada di Api Penyucian (Gereja   Yesus selama Ia berada di bumi, kita dapat
 masyarakat menghamparkan pakaian dan   leadership berarti mengerahkan kapasitas yang   yang menderita) dan di Surga (Gereja yang   melihat bahwa Ia sering kali melayani orang
 melambai-lambaikan daun palma kepada Yesus.   ada untuk mencapai kesejahteraan bersama dan   jaya). Bila kita berbicara tentang Gereja yang   yang “berbeda” dari Dia, mulai dari keadaan fisik
 Sang keledai yang berjasa mengantar Yesus, jika   mengambil keputusan terbaik untuk kepentingan   sedang berziarah, kita dapat mendefinisikan   (contoh: pentahiran orang kusta dimana salah
 tanpa kerendahan hati, bisa saja merasa bahwa   bersama. Dalam hal ini, keputusan optimal   Gereja sebagai sebuah “kehidupan bersama   satunya bukan orang Yahudi – Luk. 17:11-19),
 dirinya layak mendapatkan pujian dan sungguh-  didasarkan atas pelibatan semua unsur yang   yang berpusat pada Yesus Kristus, yang   perbedaan suku (contoh: perbincangan dengan
 sungguh berpikir pujian itu tertuju padanya.   ada dan atas kepentingan umum yang lebih luas   merupakan buah pekerjaan penyelamatan   perempuan Samaria – Yoh. 4:1-42), dan usia tua
 Demikian pula halnya dengan kesaksian dan   dengan berbagi informasi dan tanggung jawab   Allah dan sekaligus jawaban manusia terhadap   atau anak (Luk. 18:15-17).
 pelayanan kita, jika motivasi untuk melayani   agar tercipta inovasi dan perbaikan secara terus   penyelamatan Allah, yang didalamnya Roh
 karena pujian maka sungguh jauhlah kerendahan   menerus menuju umat dan masyarakat yang   Kudus bekerja dalam rangka pekerjaan   Jika kita berbicara tentang “inklusivitas”ke
 hati yang mendasari spiritualitas kekristenan   lebih baik.  penyelamatan Allah” (Katrina Mina Tutu, Jurnal   dalam Gereja, Yesus menunjuk nelayan,
 kita.    Gereja Sebagai Persekutuan Yang Terbuka bagi         yang merupakan masyarakat kelas bawah
 Akhirnya, kerendahan hati yang paripurna   Masyarakat).       menjadi murid-murid pertama-Nya, dan
 Selanjutnya, mari kita ingat jikalau pun kita   terejawantahkan lewat Putra Allah di mana   bahkan memberikan Amanat Agung untuk
 punya kaki-kaki yang kuat seperti keledai yang   Salib menjadi tanda kerendahan hati yang   Tugas Gereja dalam rangka pekerjaan   menyampaikan Injil sampai “ke ujung bumi”
 mampu membawa penunggangnya ke tempat   sempurna, akhir dari perjalanan yang dimulai   penyelamatan Allah terwujud dalam pelayanan   (Kis. 1:8) dan “kepada segala makhluk”
 tujuan dengan selamat seperti manusia memiliki   dari awal yang sederhana: tanpa rumah ketika   kepada umat yang membutuhkannya. Gereja   (Mrk. 16:15).
 jabatan, kekayaan, atau pangkat, hal tersebut   memulai perjalanan di bumi, hidup sederhana   perdana adalah Gereja yang inklusif, artinya
 tentu bukan merupakan sesuatu yang perlu   sepanjang hidup, membasuh kaki para murid,   Gereja itu terbuka, tidak membeda-bedakan   Bila Gereja sudah mempunyai ciri khas yang
 dibanggakan dan dijadikan alat meninggikan   dan melepaskan harta duniawi, pakaian yang   orang. Bahkan terhadap orang-orang yang   inklusif, maka umat dan para pelayan yang
 diri atau berkuasa atas orang lain seperti yang   terbagi-bagi dan atribut lainnya, hingga akhir   dalam masyarakat Yahudi biasanya diasingkan,   berada di dalamnya juga harus memiliki ciri yang
 akhir-akhir ini, kita melihat dan mendengar   yang gemilang, taat sampai mati di kayu   ditolak, dan dijauhi orang banyak, pun Gereja   sama, yaitu umat dan pelayan yang inklusif.
 penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan   salib. Sungguh kita telah punya teladan dalam   membuka dirinya lebar-lebar.  Menjadi orang yang inklusif bukanlah hal yang
 dalam penanganan kasus dan bantuan sosial.   kerendahan hati dan marilah kita berdoa agar   mudah karena kita memiliki kecenderungan
 Sebaliknya apa yang telah dikaruniakan   senantiasa diberikan hati yang cukup lapang   Menurut KBBI, inklusif berarti ‘termasuk;   untuk tinggal di zona nyaman kita dan memilih
 kepada kita patut disyukuri dan dijadikan alat   untuk terus-menerus memupuk kerendahan hati   terhitung’. Penjelasan lebih lengkap diungkapkan   berteman/bergaul dengan orang yang sama
 untuk berbagi kepada sesama dengan penuh   kita dalam melayani sesama karena seorang   oleh Oxford Dictionary, dengan definisi   dengan kita. Kita melayani di Gereja saja sulit,
 kerendahan hati. Bukan saja semua yang kita   hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya   “Deliberately including people, things, ideas,   apalagi kala kita harus memperlebar pelayanan
 miliki berasal dari Allah yang merupakan empu   (Yoh. 13:16) dan Tuhan memahkotai orang-  etc. from all sections of society, points of view,   dan pergaulan kita dengan orang-orang yang
 atas segalanya, tetapi juga melayani sesama   orang yang rendah hati dengan keselamatan   etc.” (dengan sengaja mengikutsertakan orang,   berbeda dengan kita. Hal itu menjadi tantangan
 juga berarti melayani Allah: sesungguhnya   (Mzm. 149:4). Amin.  benda, ide, dan hal lainnya dari semua bagian   tersendiri bagi kita.
 segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah   (wab)  masyarakat, pandangan, dan lain-lain.)
 seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,   Karena sejak dahulu sifat Gereja inklusif, maka   Gereja hanya akan inklusif kalau pelayan-
 kamu telah melakukannya untuk Aku   tak terbantahkan Gereja sampai kapan pun tetap   pelayan beriman sungguh dalam menunjukkan
 (Mat. 25:40).  inklusif. Sesuai dengan sifatnya, Gereja harus   kasih. Tanpa kasih yang murni, kata-kata
          menjadi komunitas yang inklusif, dengan melihat      orang beriman akan seperti gaung saja, dan




                                                                                                    WARTA AMBROSIUS   5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10